Kasus keracunan
yang sempat ramai dibicarakan terakhir ini adalah kasus apel berbakteri
asal Amerika Serikat yang terkuak beberapa hari lalu. Kasus ini sangat
mengejutkan betapa tidak, apel asal Negeri Adidaya ini sudah diekspor ke
banyak negara dan tentunya sudah dikonsumsi penduduk dunia. Namun
pejabat kesehatan Ibu Kota Washington D.C memperingatkan adanya bakteri
listeria monocytogenes yang sudah menewaskan lima orang. Sahabat
anehdidunia.com selain makanan beracun diatas mencengangkan dunia,
sebelumnya juga pernah terjadi kasus keracunan paling parah di dunia
karena mengakibatkan kematian yang sampai ribuan orang. Berikut Kasus
Keracunan Terparah Di Dunia
Peristiwa keracunan makanan
massal terjadi pada tahun 1900 di Inggris dan dialami oleh masyarakat
Kota Manchester kemudian menyebar ke Liverpool dan kota lain yang
masyarakatnya gemar mengonsumsi bir. Saat itu para penggemar bir di
Manchester tidak menyadari bahwa minuman favorit mereka mengandung racun
arsenik. Akibatnya sahabat anehdidunia.com beberapa saat setelah
meminum bir tersebut, mereka mengalami sakit perut teramat sangat,
kerusakan kulit dan gangguan motoris. Setelah diselidiki bir tersebut
ternyata dibuat dari gula yang terkontaminasi arsenik dan asam sulfur.
Berdasarkan laporan bir tersebut memakan korban 6.000 orang dan 70 orang
meninggal dunia. bahkan sebanyak 100 peracik dihukum akibat skandal bir
beracun tersebut.
Fenomena makanan yang terkontaminasi oleh bahan berbahaya terjadi pula
di Jepang pada 1950, ketika produk susu bubu terkontaminasi racun
arsenic. Susu tersebut merupakan produk dari Perusahaan Morinaga Milk,
dan secara tidak sengaja tercampur bahan pengawet disodium fosfat yang
biasa dimasukan ke dalam susu bubuk. Akibatnya tidak sedikit masyarakat
Jepang yang mengamalami diare dan muntah-muntah setelah meminum susu
Morinaga. Dikabarkan dari 13.400 yang mengalami keracunan sebanyak 100
jiwa harus melayang.
Akibat peristiwa susu beracun ini, Kepala Pabrik Morinaga diseret dan
mendekam di dalam penjara selama tiga tahun. Bahkan kasus tersebut
merupakan salah satu dari 10 kasus yang paling lama diusut dalam sejarah
Jepang, yakni 18 tahun. Bahkan selama dilakukan penyelidikan berbagai
peristiwa dan aksi dilakukan oleh masyarakat yang dirugikan, terutama
keluarga korban yang menuntut adanya kompensasi.
Wabah Minamata merupakan penyakit yang menyerang pada susunan sistem
saraf, diakibatkan oleh logam merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Gejala minamata di antaranya adalah otot dan panca indera yang melemah.
Bahkan dalam beberapa kasus, penderita minamata bisa mengalami gangguan
kejiwaan, kelumpuhan, koma dan bahkan kematian. Untuk kali pertama
sindrom minamata ini terjadi pada 1956 di kawasan Pesisir Minamata di
Jepang. Dan Penyebab sindrom tersebut diakibatkan oleh limbah merkuri
yang dibuang ke laut oleh perusahaan Chisso Corporation, yang dilakukan
pada 1932 hingga 1968.
Merkuri tersebut meracuni sejumlah ikan yang merupakan konsumsi utama
masyarakat Minamata. Berdasarkan data yang dikeluarkan pada 2001 lalu,
sebanyak 2.265 menderita sindrom minamata, da 1.784 diantanya meninggal
dunia. untuk itu pemerintah Jepang mewakili para korban, menuntut
kompensasi sebesar 86 juta dolar AS kepada perusahaan Chisso
Corporation.
Pada 1971 telah terjadi fenomena keracunan makanan di Kota 1001 Malam,
Irak. Fenomena tersebut diawali dengan terkontaminasinya beras oleh zat
merkuri yang terdapat di dalam fungisida (anti-jamur). Akibatnya
sebanyak 650 orang dilaporkan meninggal dunia, setelah mengonsumsi
gandum impor dari Amerika Serikat dan Mexico yang dimengandung
fungisida. Padahal fungisida tersebut tidak dimaksudkan untuk dimakan.
Tragisnya gandum impor ini dibagikan kepada masyarakat kawasan pinggiran
Irak. Masyarakat yang mengonsumsi gandum tersebut pun mengalami
kelainan fungsi tubuh seperti berkurangnya kepekaan pada kulit,
diskordinasi bagian tubuh, kehilangan pandangan dan bahkan kerusakan
pada otak. Uniknya, hingga tahun 2002 peristiwa ini masih diteliti oleh
Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Pada 1974 hingga 1976 terjadi wabah liver yang menyerang masyarakat di
kawasan pinggiran Afghanistan. Dan penyebab wabah tersebut diketahui
akibat terigu yang mengandung racun, dan dikonsumsi secara massal berupa
roti. Naasnya terigu yang menjadi bahan baku utama roti tersebut
mengandung bibit charmac, akibatnya sebanyak 1.600 dari 7.800 jiwa
meninggal dunia dan sisanya harus ditangani secara medis.
Pada 2008 kasus serupa pun kembali terjadi di Afghanistan, memakan
korban sebanyak 100 jiwa dan 10 lainnya dinyatakan meninggal dunia.
Charmac merupakan jenis biji-bjian yang mengandung alkaloid
pyrrolizidin. Zat tersebut berasal tumbuhan yang keluar secara alami
untuk melindungi dirinya.
Pada 1981 sebuah wabah keracunan
yang dikenal dengan ‘Sindrom keracunan minyak’ merebak di Spanyol,
wabah ini diakibatkan oleh minyak goreng yang tercampur dengan bahan
beracun. Sindrom tersebut mengakibatkan sebanyak 600 orang meninggal
dunia. Saking memprihatinkannya, pemerintah Spanyol turun langsung
dengan menggratiskan semua minyak goreng yang sehat kepada rakyatnya.
Dikabarkan minyak goreng Colza yang memakan korban jiwa tersebut,
terkontaminasi racun sejak dari pabrik asalnya di Perancis. Masyarakat
tertarik untuk membeli minyak impor tersebut karena harganya yang
murah. Minyak colza dijual di kios-kios dan pasar-pasar tradisional,
sehingga banyak rakyat Spanyol yang tertarik membelinya. Gejala
keracunan tersebut mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh dan
kelainan pada kulit.
Sementara fenomena keracunan yang terjadi di India, tepatnya Kota New
Delhi terjadi pada 1998. Ketika itu masyarakat New Delhi secara tak
sengaja mengonsumsi minyak mustard yang mengandung racun berupa minyak
Argemone mexicana (madat Mexico). Akibatnya banyak masyarakat New Delhi
yang mengalami diare, mual-muntah, sakit kepala hingga gukoma (gangguan
penglihatan).
Sindrom serupa pun pernah dialami oleh negara Madagaskar, Fiji, Afrika
Selatan, Mauritius dan Nepal. Selain Afrika Selatan, keracunan tersebut
diakibatkan oleh minyak mustard yang terkontaminasi Argemone mexicana.
Fenomena keracunan makanan yang terjadi pada 1998 di New Delhi tersebut
merenggut 60 korban jiwa dan 3.000 lainnya harus dirawat khusus di rumah
sakit.
Musibah tragis terjadi di Kenya pada Mei 2004 lalu, yakni ketika banyak para warganya teracuni oleh tepung maizena yang mengandung alfatoxin. Alfatoxin sendiri merupakan karsinogen yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus, yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Akibat peristiwa keracunan makanan ini sebanyak 317 orang mengalami kegagalan fungsi hati dan 125 jiwa melayang. Kejadian serupa kemudian terulang di Kenya, yakni pada 2010 tidak kurang dari 2.3 juta karung berisi jagung harus dibuang percuma akibat penyimpanan yang tidak benar.
Musibah tragis terjadi di Kenya pada Mei 2004 lalu, yakni ketika banyak para warganya teracuni oleh tepung maizena yang mengandung alfatoxin. Alfatoxin sendiri merupakan karsinogen yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus, yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Akibat peristiwa keracunan makanan ini sebanyak 317 orang mengalami kegagalan fungsi hati dan 125 jiwa melayang. Kejadian serupa kemudian terulang di Kenya, yakni pada 2010 tidak kurang dari 2.3 juta karung berisi jagung harus dibuang percuma akibat penyimpanan yang tidak benar.
Sahabat anehdidunia.com racun A. flavus sendiri terbentuk akibat
tingginya tingkat kelembaban di gudang penyimpanan jagung, sehingga
jamur berbahaya tersebut tumbuh subur di atas permukaan jagung yang
akan diolah menjadi tepung. Padahal prosedur standar penyimpanan
mewajibkan kondisi gudang harus berada dalam keadaan kering dan hangat.
Namun untuk mengatasi fenomena tumbuhnya jamur tersebut, para ilmuwan
memiliki cara yang mudah, alami dan sederhana. Mereka menggunakan
bioteknologi, dalam hal ini mereka menyebarkan A. Flavus jinak ke
gudang yang terinfeksi oleh A. Flavusyang masih liar. Akibatnya terjadi
percampuran genetik diantara keduanya yang melemah jamur berbahaya.
Skandal keracunan makanan terjadi di China pada 16 juli 2008, dan
wilayah yang pertama kali terkena dampaknya adalah Provinsi Gansu.
Akibat susu bubuk yang mengandung racun sebanyak 16 bayi harus
menderita batu ginjal, akibat kandungan melamin. Susuk bubuk yang
diproduksi oleh perusahaan Sanlu Grup ini pun mengakibatkan peristiwa
yang sama di tahun sebelumnya 2007, meskipun tindakan pemerintah China
pada saat itu hanya sampai pada pengujian dan pengawasan produksi saja.
Berdasarkan keterangan salah satu pejabat depertemen kesehatan China,
ketika itu pihak Sanlu Group melakukan penyuapan terhadap pemerintah
berwenang agar fenomena skandal melamin tidak menyebar.
Namun skandal susu beracun yang merebak pada 2008, sudah tidak bisa
ditutupi lagi terelebih jumlah korban mencapai 300.000 bayi dengan
54.000 di antaranya harus dirawas secara intensif di rumah sakit, enam
bayi kemudian meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan. Bayi
tersebut meninggal dunia akibat organ ginjalnya yang mengalami
kerusakan parah akibat kandungan melamin di dalam susu bubuk tersebut.
Bagi perusahaan Sanlu Group penambahan melamin dimaksudkan agar susu
tersebut terlihat banyak mengandung protein. Setelah dimeja-hijaukan
pada 2010 lalu, dua orang pejabat pemerintah dipecat secara paksa, dan
di pihak Sanlu Group dua orang menjalani hukuman mati sementara dua
orang lainnya dihukum 15 tahun penjara.
Masih di India, keracunan makanan ini terjadi pada 2011 di kawasan Bengali Barat. Keracunan yang diakibatkan oleh alkohol ilegal beracun ini merenggut 143 korban jiwa, diduga alkohol tersebut mengandung methanol, ammonium nitrat. Kedua zat kimia tersebut merupakan racun yang berbahaya, bagi manusia kedua zat tersebut bisa menyebabkan gangguan jantung dan pernafasan. Para korban diduga mendapatkan alkohol tersebut dari pasar-pasar gelap di India yang banyak menjualnya berupa minuma keras.
Kasus keracunan yang sempat melanda bebrapa negara tersebut sangat mengerikan karena menyangkut nyawa manusia yang banyak. Sahabat anehdidunia.com kami menganjurkan agar tetap menjaga kebersihan dan ke awasan anda terhadap produk produk yang akan anda gunakan.
ada website berita yg merilis kasus di atas tidak?
ReplyDelete